Senin, 09 Mei 2016

Pemanfaatan Pekarangan Rumah Sebagai Tanaman Obat Keluarga


I PENDAHULUAN

Tanaman obat keluarga (TOGA), adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Budidaya tanaman obat untuk keluarga dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara menadiri dam memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga (www.wikipedia.com,. 2016).
Sebagian besar penduduk di Indonesia masih banyak yang tinggal di pedesaan atau di daerah pegunungan yang pada umumnya masih belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang memadai, baik dari pemerintah maupun swasta. Mereka masih banyak yang berekonomi lemah atau kurang mampu. Di daerah seperti itu umumnya masih sedikit atau sulit ditembus dengan peredaran obat yang harganya semakin mahal. Padahal problem kesehatan disana sangat berfariasi dan ada kalanya sulit pula cara penanggulangannya.
Posisi semacam inilah obat tradisional ditampilkan sebagai salah satu pengobatan alternatif yang sangat penting artinya, khususnya untuk penanganan/pelayanan kesehatan primer (PKP), baik sebagai obat preventif  maupun sebagai pengobatan (kuratif).
Pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat tidaklah asing bagi masyarakat Indonesia, karena sebelum rakyat Indonesia merdeka pun, masyarakat pelosok desa sudah menggunakan tanaman obat tersebut hingga sekarang, pengobatan tradisonal masih diakui keberadaannya di kalangan masyarakat luas. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang terus membina dan mengembangkannya, penanganan/pelayanan kesehatan primer (PKP), baik sebagai obat preventif maupun sebagai pengobatan tradisonal.
Tanaman obat merupakan salah satu unsur penting dalam upaya pelaksanaan pengendalian kesehatan. Tanaman obat sudah dikenal sejak dahulu dalam pengobatan tradisional, namun pengunaannya sebagai bahan baku belum dimanfaatkan secara optimal, sedangkan upaya yang telah dilakukan masih tertuju kepada khasiat dan kegunaannya saja.
Karena dengan perkembangan teknologi pula, semakin banyak tanaman obat tradisional yang telah bisa dibuktikan khasiatnya secara laboratorium dan dijamin aman untuk dikonsumsi dan bisa menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan efek samping.
Banyak bagian tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat, diantaranya adalah bagian buah, batang, daun, dan akar atau umbi. Oleh karena pentingnya tanaman-tanaman obat tersebut maka perlu kita mempelajarinya dengan baik sehingga dapat berdaya guna bagi kita.
Perawatan Tanaman Obat
Tanaman yang dipelihara dipekarangan rumah tidak memerlukan perawatan khusus, baik sebagai bumbu dapur atau bahan obat. Perlakuan khusus dalam budi daya tanamana obat dilakukan dalam skala usaha, dengan tujuan untuk memperoleh kualitas dan kuantitas hasil yang optimum. Kegiatan pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman perlu dilakukan. Kegiatan ini sangat erat hubungannya dengan penggunaan bahan kimiawi yang terkandung dalam pupuk atau pestisida. Pemakaian bahan kimiawi dapat mencemari lingkungan, baik tanahmaupun air, dan yang paling berbahaya residu yang dihasilkan akan terakumulasi dalam produk tanaman yang dihasilkan. Untuk itu, perlu diperkenalkan sistem budi daya yang tidak tergantung pada bahan-bahan kimia. Sistem ini dikenal dengan istilah pertanian organik. Dalam budidaya tanaman obat dapat dimanfaatkan pupuk organik untuk menambah unsur hara mineral yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik yang digunakan diantranya adalah pupuk kandang, bokhasi, kompos, humus, sampah dapur, dan serasah daun. Selain itu, sebagai bahan pengendali hama penyakit tanaman, dapat dimanfaatkan pestisida alami yang terdapat disekitar rumah (Santoso, dkk., 2008)
Faktor Peningkatan Penggunaan Tanaman Obat yaitu:
1.      Pada umumnya, harga obat-obatan buatan pabrik yang snagat mahal, sehingga masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih murah
2.      Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil dibandingkan dengan obat buatan pabrik. Kandungan unsur kimia yang terkandung di dalam obat tradisional sebenarny menjjadi dasar pengobatan kedokteran modern artinya pembuatan obat-obatn pabrik menggunakan rumus kimia yang telah disintesis bahan alami ramuan tradisional (Salan,Rudy. 2009).

III LUARAN YANG DIHASILKAN

Adapun luaran yang dihasilkan pada kegiatan ini, yaitu :
1.      Pekarangan rumah warga dapat dimanfaatkan secara maksimal.
2.      Dengan adanya pemanfaatan pekarangan rumah untuk TOGA warga lebih menggunakan obat tradisional tanpa ada efek sampingnya.
3.      Dapat meminimalkan untuk biaya pengobatan.

IV PENETAPAN MASALAH

Jika dilihat dari kondisi di Desa Renah Lebar, pekarangan rumah belum di manfaatkan semaksimal mungkin sementara jika di warga desa tersebut mau, pekarangan rumah tersebut dapat digunakan untuk tanaman obat. Selain tanaman ini tidak susah di rawat tanaman obat ini akan memberikan efek positif bagi warga tersebut, namun sebagian masyarakat tidak mengetahui manfaat dari tanaman yang ada di sekitar mereka. Jika tanaman obat ini ada di sekitar rumah warga maka ketika salah satu dari anggota keluarga tersebut sakit maka dengan cepat mendapatkan pengobatan,. Tanaman obat ini tidak jauh beda khasiatnya dengan obat-obatan buatan pabrik dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat trasdisonal sangat kecil dibandingkan dengan obat buatan pabrik. Kandungan unsur kimia yang terkandung di dalam obat tradisional sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern artinya pembuatan obat-obatan pabrik menggunakan rumus kimia yang telah di sintetis bahan alami ramuan tradisional .

V METODE PELAKSANAAN

Pada pembuatan Tanaman Obat Keluarga di Desa Renah Lebar ini lokasi nya di pekarangan salah satu rumah warga. Adapun tanaman obat yang ditanam di Desa ini yaitu, kumis kucing, kunyit, jahe, ciplukan, belai, serai, dll. Bibit tanaman ini didapat dari warga sekitar desayang mana sebagian warga menanam tanaman tersebut di sekitar rumah nya.

4.1 alat dan bahan
·         Bibit tanaman
·         Cangkul
·         Kompos

 4.2 cara kerja
·         Menentukan lokasi pekarangan rumah warga yang mudah di jangkau oleh warga sekitar desa
·         Membersihkan tempat penanaman tanaman obat
·         Setelah bersih, tanah tempat tanaman obat tersebut di campur dengan kompos organik yang telah di buat oleh mahasiswa KKN
·         Tanaman obat di tanam dan di siram
·         Satu kali dalam satu hari dilakukan penyiraman supaya tanaman obat tersebut dapat tumbuh


VI HASIL YANG DICAPAI DAN PEMBAHASAN

            Penanaman Tanaman Obat keluarga di Desa Renah Lebar berhasil, begitu juga dengan antusias warga dengan adanya penanaman tanaman obat ini. Harapan nya dengan adanya tanaman ini masyarakat dapat menggunakan nya semaksimal mungkin dan dapat mengetahui manfaat dari setiap tanaman yang ada di sekitar mereka.
Berikut ini adalah aneka jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat alami, sangat cocok ditanam di pekarangan atau halaman rumah sebagai persediaan dalam menjaga kesehatan keluarga..
1.Kunyit

Manfaat Tanaman Obat Kunyit. Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan,menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
2. Jahe

Umbi jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang bersifat sebagai antioksidan. Sifat inilah yang membuat jahe disebut-sebut berguna sebagai komponen bioaktif antipenuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi melindungi lemak/membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh.
3. Belimbing wulu
Mengkonsumsi buah belimbing wuluh baik Wuluh menyebuhkan Gusi berdarah   Blimbing Wuluh sebagai Obat Gondongan, Sepuluh buah belimbing Blimbing Wuluh sebagai Obat Penghilang Panu .
4. BELUNTAS
Secara tradisional daun beluntas digunakan sebagai obat untuk menghilangkan bau badan, obat turun panas, obat batuk, dan obat diare.
6. CENGKEH
Cengkeh berkhasiat sangat kuat untuk obat karena dapat merangsang. Anti bakteri, anti virus dan anti septic. Setelah diolah menjadi minyak Cengkeh dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan rasa sakit untuk penderita sakit gigi karena kandungan senyawa yang terkandung didalamnya dapat membantu sirkulasi peredaran darah dan dan merangsang kulit apabila dioleskan langsung pada kulit. Merangsang aromatik pernapasan, untuk mengatasi mual, muntah-muntah, perut kembung, lemas dan gangguan pencernaan, membantu merangsang sirkulasi darah dan mengatur suhu tubuh. •
7. Daun Dewa   
Efek farmakologis daun dewa adalah antikoagulan (koagulan=zat yang mempermudah dan mempercepat pembekuan darah), mencairkan bekuan darah, stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, dan membersihkan racun. Daun dewa mengandung zat saponin, minyak atsiri, flavonoid, dan tanin. Efek farmakologis didapatkan dari seluruh tanaman. daun dewa juga bisa mengatasi kejang pada anak dan beberapa jenis pendarahan. Untuk mengatasi luka terpukul, tak datang haid, pendarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk, dan muntah darah seluruh tanaman daun dewa ditumbuk, atau direbus, lalu airnya diminum.
8. Delima  
Delima kaya akan antioksidan polyphenols, seperti tannin dan anthocyanin. Penelitian medis telah menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi jus delima setiap hari dapat merasakan berbagai keuntungan, yakni kadar kolesterol menurun, memeroleh vitamin C lebih banyak, serta aliran darah ke jantung meningkat. Ini berarti jus delima juga efektif untuk menjaga jantung supaya tetap sehat dan menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke. Sebagai minuman, jus delima juga dapat mencegah dan memperlambat efek penyakit Alzheimer, menurunkan tekanan darah, menjaga agar arteri tidak tersumbat oleh penumpukan plak, mencegah kerusakan tulang rawan, dan menjaga kesehatan gigi

9. Jambu Biji
Penyakit Yang Dapat Diobati : Diabetes melitus, Maag, Diare (sakit perut), Masuk angin, Beser; Prolapsisani, Sariawan, Sakit Kulit, Luka baru.
10.  Jeruk Nipis
                                                                
Karena berbagai kandungnan minyak dan zat yang ada di dalamnya, jeruk nipis juga dimanfaatkan untuk mengatasi disentri, sembelit, ambeien, haid tak teratur, difteri, jerawat, kepala pusing atau vertigo, suara serak, batuk, bau badan, menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, flu, demam, terlalu gemuk, amandel, penyakit anyang-anyangan (kencing terasa sakit), mimisan, dan radang hidung.
11.  Kumis Kucing
Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis.
12. Manggis 
Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
13. Kencur
Berdasarkan analisis laboratorium, minyak atsiri dalam rimpang kencur mengandung kurang lebih 23 macam senyawa. Tujuh belas di antaranya mengandung senyawa aromatic, monoterpena, dan seskuiterpena. Senyawa terakhir punya efek mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri (daya analgesic). Kencur juga bersifat stimulant, sehingga bias sebagai penambah tenaga. Selain itu juga bersifat karminatif atau meluruhkan angina, jadi menghilangkan kembung di perut.
14. Ciplukan

Munculnya berbagai manfaat ciplukan itu akibat adanya beberapa kandungan yang terdapat di dalam ciplukan seperti vitamin C, asam palmitat, alkaloid, chlorogenic acid, polifenol dan lain sebagainya yang terbukti ampuh untuk mengatasi berbagai jenis penyakit. Secara garis besar tanaman ciplukan ini memiliki peran sebagai tanaman yang memiliki fungsi antibakteri, anti aflamasi, analgesik, imunosupresan, antioksidan, sitotoksik, meredakan batuk, antivirus, menetralkan racun dan anti hiperglikemi. Berikut ini akan kita ulas sedikit manfaat ciplukan jika dilihat dari bagian tumbuhannya.
Pengolahan Tanaman Obat
Supriyanto (2006) mengatakan bahwa para petani dan masyarakat tidak hanya dituntut untuk tahu cara menanam tanaman obat saja, tapi juga harus tahu bagaimana cara mengolah tanaman obat yang baik serta mengetahui pula fungsi dan kegunaan tanaman obat tersebut.
Beberapa faktor masyarakat kurang memahami cara pengolahan tanaman obat yang baik adalah akibat dari kurangnya pengetahuan masyarakat dan minimnya buku-buku serta literatur yang membahas dan mengupas permasalahan tentang cara mengolah , mengetahui fungsi dan kegunaan dari tanaman obat itu sendiri.
Selain itu juga dibutuhkan sosialisasi yang berkelanjutan dari pemerintah dan pihak terkait agar tidak terjadi salah tafsir dikemudian hari tentang cara pengolahan tanaman obat, karena hal yang demikian sangat diperhatikan oleh masyarakat, disebabkan tanaman obat berperan penting dalam mengatsi masalah kesehatan keluarga.
Pengetahuan tentang tata cara pengolahan tanaman obat menjadi dasar pemahaman masyarakat karena dalam proses ini terjadi pembelajaran tentang bagaimana fungsi dan kegunaan dari tanaman obat (Anonim 2005).

DAFTAR PUSTAKA

  Anonim, 2005, Teknik Budidaya Tanaman Obat” , Satuan Kerja Pembina dan Pengembangan Hortikultura, Kabupaten Majene

Salan,Rudy. (2009). Penelitian faktor-faktor psiko-sosio-kultural dalam pengobatan           tradisional pada tiga daerah, Palembang, Semarang, Bali. Jakarta. Badan Penelitian       dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Kanker dan Pengembangan    Radiologi, Departemen Kesehatan RI. Hal 40.
Santoso, Hieronymus Budi. (2008). Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta     Selatan.          Agromedia Pustaka. Hal 50)
Supriyanto, 2006. “Proses Pengolahan Tanaman Obat”, Jakarta. Tim Lentera





Tidak ada komentar:

Posting Komentar